Potensi Pada TIK yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran
A. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
Pembelajaran
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah sesuatu
teknologi baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software)
yang digunakan untuk mengelola data/informasi dan komunikasi. Dalam prakteknya
teknologi diwakili oleh komputer (perangkat keras) dan program-program aplikasi
(perangkat lunak). Data/informasi yang dikelola dan dihasilkan dalam bentuk
berbagai media, seperti teks, grafik, gambar diam, foto, film, animasi, dan
simulasi. Cara-cara berkomunikasinya memungkinkan untuk dilakukan secara maya.
Wardana (2002) mengemukakan bahwa dalam kehidupan kita di
masa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor
yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan
menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001) dalam
Surya (2006) setidaknya ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan
saja, (3) dari kertas ke ”online” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Interaksi
antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi
juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memperoleh
informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau
ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
Hartono (2004) mengemukakan bahwa dengan TIK peningkatan
mutu pendidikan dimungkinkan dengan munculnya berbagai kesempatan baru seperti:
Cara belajar
baru bagi peserta didik, dimana mereka bisa lebih mandiri dengan adanya
ketersediaan informasi yang melimpah di dunia internet.
Kolaborasi
akademik yang jauh lebih luas, dimana seorang murid di Indonesia
memungkinkan untuk ikut mengakses kelas serupa di luar negeri.
Interaksi
antara pendidik dengan peserta didik yang lebih beragam, tidak sekedar
lewat kelas konvensional, walaupun interaksi lewat kelas fungsional masih
jadi mode utama.
Interaksi
antar pendidik yang juga semakin terbuka kesempatannya. Pendidik di
Indonesia bisa saling bertukar informasi dan berkolaborasi sesuai
bidangnya masing-masing, bahkan tidak tertutup kemungkinan berkolaborasi
dengan komunitas pendidik di luar negeri.
Di samping itu, proses belajar mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada
materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi
ini menjadi sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak.
TIK akan dengan mudah memvisualisasikan dalam bentuk gambar bergerak (animasi)
yang juga dapat ditambahkan suara. Sajian audio visual yang dikenal dengan
multimedia ini akan menjadikan visualisasi menjadi lebih menarik.
B. Pemanfaatan Komputer dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan komputer dibagi
menjadi 2 yaitu yang pertama disebut dengan Computer Based Instruction (CBI)
merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar yang berbasis pada
komputer, baik sebagian maupun keseluruhan. Kedua adalah CAI (Computer
Assisted Instruction), yaitu pembelajaran dengan menggunakan alat bantu
komputer, seperti untuk presentasi, sebagai alat peraga dan sebagainya.
Rusman (geocities.com) mengemukakan bahwa media dalam
pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang
disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana
kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa. Beberapa
bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran
meliputi: (1) Penggunaan multimedia presentasi, (2) Multimedia
interaktif, dan (3) Pemanfaatan Internet dalam pembelajaran. Aplikasi
komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar
secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user
dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan
teknologi komputer jaringan (computer network/internet) saat ini telah
memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan
informasi yang diinginkan. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat
berlangsung dengan tersedianya medium komputer.
Masrur (2007) mengemukakan bahwa bila sekolah akan
menerapkan model pembelajaran berbasis komputer, maka langkah yang dapat
dilakukan antara lain:
- Peningkatan kapasitas
kelembagaan
Perlu disadari bahwa untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan diperlukan pemahaman konsep dasar pemberdayaan. Konsep ini harus
dilandasi dengan nilai-nilai prinsip dan nilai-nilai instrumental yang
selanjutnya tumbuh secara sadar dalam jiwa para warga sekolah, sehingga dalam
diri warga sekolah muncul kesadaran diri, kesadaran kolektif, dan kesadaran
lingkungan fisik yang berkelanjutan.
- Pengajaran dan
pembelajaran berbasis komputer
Dalam upaya mengoptimalkan penguasaan siswa terhadap
bahan ajar perlu diputuskan model pembelajaran yang bermakna dan dapat melatih
kemampuan siswa untuk berfikir dan berbuat. Faktor yang menjadi titik lemah
adalah pemahaman dan kemampuan guru dalam mengoperasikan komputer, sehingga
guru perlu diberi pelatihan sampai setidaknya cukup terampil dalam
mengoperasikan komputer
- Pengadaan sarana
prasarana komputer
Dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran yang
menggunakan komputer, sarana prasarana menjadi kendala karena minimnya sarana
prasarana tersebut. Oleh karenanya bantuan pemerintah maupun masyarakat
senantiasa menjadi dambaan pihak sekolah.
C. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran
Menurut Hartono (2004), multimedia pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap), serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan
terkendali. Menurutnya, ada enam komponen media yang dapat dikategorikan
multimedia pembelajaran, yaitu: teks, grafik, foto, video, suara,
animasi/simulasi.
Nurtjahjawilasa (2004) mengemukakan bahwa multimedia
mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya
bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana ”learning
with effort” akan dapat digantikan dengan ”learning witf fun”. Jadi
proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi
pilihan para fasilitator.
Kapan multimedia efektif dapat digunakan dalam
pembelajaran? Untuk menjawabnya perlu memahami level-level multimedia yang
menurut Mayer (2001), mempunyai tiga level yaitu:
Level teknis,
yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis; alat-alat ini dapat
diartikan sebagai wahana yang meliputi tanda-tanda (sign).
Level
semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar,
grafik, tabel, dll.
Level
sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi
untuk menerima tanda (sign).
Dengan
memanfaatkan ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan
multimedia dan mendapatkan efektivitas pemanfaatan multimedia dalam proses
pembelajaran.
Dalam membuat suatu multimedia pembelajaran, tidak harus
seluruh media ditampilkan. Penggunaan media yang kurang tepat justru akan
mengaburkan konten yang ingin disampaikan. Pemilihan jenis media yang digunakan
tergantung pada konten materi yang disajikan, karena setiap media memiliki
karakteristik masing-masing.
Kehadiran multimedia pembelajaran dirasakan banyak membantu
tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Namun demikian terdapat
beberapa tantangan yang muncul sebagai akibat penerapan teknologi tersebut
dalam bidang pendidikan yaitu (Payong, sinarharapan.co.id):
Orientasi filisofis: Kelompok objektivitas
memandang multimedia sebagai sesuatu yang sangat riil yang dapat membantu
pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan. Sebaliknya kelompok
kontruktivis memandang bahwa pengetahuan hendaklah dibentuk oleh siswa sendiri
berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup yang dialami.
Berdasarkan pandangan ini maka belajar bersifat aktif, kolaboratif dan
terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
Desain Instruksional: Pada umumnya desain
pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan besar kecilnya kontrol siswa atas
pembelajarannya. Sebagian besar peneliti mengatakan bahwa siswa bisa
diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa bisa
juga dihambat melalui kontrol atas belajarnya.
Umpan balik: Sifat dari umpan balik dalam
pembelajaran multimedia sangat bevariasi tergantung pada lingkungan di mana
multimedia itu digunakan. Jadi bentuk umpan balik harus sesuai dengan
lingkungan belajarnya.
Sifat sosial: Banyak kritik telah dilontarkan
terhadap pembelajaran multimedia sebagai pembelajaran yang bersifat isolatif
sehingga bertentangan dengan tujuan sosial dari sekolah. Siswa seolah-olah
dikondisikan untuk menjadi individualis-individualis dan kontak sosial dengan
teman-teman menjadi sesuatu yang asing.
D. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran
Internet, singkatan dari interconection and
networking, adalah jaringan informasi global, yaitu ”the largest global
network of computers, that enables people throughout the world ti conent with
each other”. Rusman (geocities.com) mengemukakan bahwa pemanfaatan internet
sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar mandiri. Para
siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum,
database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah,
biografi, rekaman, laporan, data statistik. Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi
seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis
informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai
dengan kehidupan nyata (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir
secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat
mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian
dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online.
Siswa juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain.
Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk
mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, siswa dapat berkomunikasi
dengan teman sekelasnya (classmaters).
Siahaan (tekkomdik-sumbar.org) dari hasil kajiannya
mengemukakan bahwa para peserta didik dan guru menyambut positif gagasan untuk
merintis penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet, masalahnya adalah apa
yang perlu dilakukan sehingga fasilitas internet dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Bahan pembelajaran elektronik dikemas
dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet.
Kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan
program pembelajaran tersebut agar diketahui oleh masyarakat khususnya para
peserta didik. Para guru perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola
dengan baik penyelenggaraan melalui internet.
E. Etika dan Moral dalam Penggunaan TIK
Etika dan moral harus mendapat perhatian yang serius
dalam penggunaan TIK. Komputer (hardware) dan perangkat lunaknya (sofware)
adalah orientasi utama dari TIK. Perangkat lunak atau software program komputer
merupakan hasil dari pemikiran dan budidaya manusia, dan dalam TIK perangkat
lunak ini adalah produk paling dihargai karena berkaitan dengan hakikat dan
kekuatan hukum kepemilikan. Dalam menciptakan suatu hasil karya yang baru,
perlu adanya perlindungan hukum dari tindakan ilegal (misalnya pembajakan).
Dalam hal perlindungan hukum tersebut perlu ditekankan masalah: (1) hak paten,
(2) merek dagang, (3) paten, (4) desain produk industri, (5) indikasi geografi,
(6) layout desain, (7) perlindungan informasi rahasia, dll.
Di sisi lain dengan mengunakan internet, kita dengan
mudah mendapatkan informasi apapun (baik dan buruk) dari seluruh penjuru dunia.
Bila dimanfaatkan dengan benar, maka layanan tersebut dapat digunakan sebagai
sumber ilmu. Tetapi jika disalah gunakan untuk hal-hal yang negatif, maka
dampak negatifnya tidak kalah dasyat dibandingkan dampak positifnya. Keberadaan
situs-situs amoral misalnya akan sangat buruk dampaknya jika diakses
oleh anak-anak. Sangatlah tepat jika pemerintah akan melakukan pemblokiran situs
amoral yang masuk ke Indonesia bekerjasama dengan jaringan provider.
Menurut Muhammad Nuh (Menkominfo) yang dikutif Sundiawan (OkeZone.com) ”Sebenarnya,
konsep dasar program ini untuk menumbuhkan kesadaran pada individu. Kuncinya
disitu. Jadi, setiap pribadi memiliki filtering dan bisa melakukan
sendiri”. Oleh karenanya yang terpenting adalah tumbuhnya kesadaran
masyarakat untuk dapat memanfaatkan keberadaan internet tersebut untuk hal yang
positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar